Harga kesimbangan pasar telur harus dicermati
Harga pasar yang seimbang
Seperti artikel sebelumnya, kali ini masih dibahas tentang mekanisme terbentuknya harga telur di pasar.
Kita coba untuk memahami bagaimana harga bergerak dan membentuk harga keseimbangan pasar.
Pada kondisi keseimbangan harga ini, adalah posisi dimana ada keuntungan produsen (1), ada keuntungan penjual (2) dan konsumen mempunyai ekspektasi yang sesuai dengan daya belinya (3).
Tidak ada salah satu pihak saja (ataupun dua) yang bisa menentukan harga keseimbangan pasar ini. Karena jika belum membentuk kesimbangan dari ketiga sisi, maka harga terus bergerak untuk mencapai kesimbangannya.
Harga Pasar dan Harga Keseimbangan Pasar
Harga Pasar
Pasar merupakan tempat terbentuknya suatu titik harga. Terbentuknya harga adalah akibat mekanisme pasar pada suatu transaksi, dimana dimungkinkan salah satu pihak (produsen, penjual maupun pembeli) bisa merasa tidak cukup puas/keutungan kurang.
Seperti contohnya harga telur yang terpaksa dijual dengan harga dibawah HPP (harga pokok produksi). Karena peternak tidak punya pilihan lain, disebabkan khawatir telurnya menumpuk, dan banyak yang akan rusak.
Harga terbentuk dengan salah satu sisi (pihak) merasa rugi
Dengan adanya kerugian disuatu pihak, maka pihak yang merasa dirugikan berusaha untuk melakukan sesuatu agar mekanisme harga kembali bergerak. Dengan demikian harga akan selalu bergerak mencari keseimbangan.
Harga Keseimbangan Pasar
Berbeda dengan harga pasar, harga ini terbentuk dengan suatu mekanisme yang dapat memuaskan ketiga pihak. Semua merasakan beruntung/puas, sehingga harga terbentuk cenderung akan cukup lama dan lebih stabil.
Sampai terbentuk harga keseimbangan pasar yang baru akibat adanya perubahan mendasar yang mengakibatkan mekanisme harga bergerak lagi.
Mekanisme harga telur
Seperti kita tahu, harga telur sering mengalami gerakan bahkan gejolak yang terkadang mengejutkan. Harga yang terjadi sering tidak sesuai dengan ekspektasi peternak, karena harga telur tentu tak lepas juga dari mekanisme akibat bergeraknya faktor-faktor yang ada pada produsen, penjual maupun konsumen.
Seperti adanya mekanisme disalah satu sisi yang berubah, umpanya populasi ayam berkurang akibat afkir masal seperti yang terjadi bulan Agustus 2021 sampai bulan April 2022 yang lalu.
Walau populasi menurun sampai sekitar 30%, namun apa yang terjadi ? Kembali peternak kecewa karena harga yang terbentuk tidak seperti yang diharapkan. Yaitu tercapainya rekor harga yang spektakuler seperti yang terjadi seperti kejadian tahun 1998-1999 saat terjadi krismon (krisis moneter).
Proses keseimbangan harga harus bisa diterima semua pihak
Mungkin benar jika dikatakan bahwa populasi ayam petelur turun 30% menyebabkan supply telur tajam juga. Namun untuk mendapatkan harga yang tinggi (karena HPP juga tinggi), tentu juga dibutuhkan daya beli yang baik
Daya beli konsumen inilah yang menjadi barrier (hambatan) naiknya harga telur menuju harga tinggi sesuai keinginan petenak. Belum lagi campur tangan pemerintah (intervensi) untuk menjaga ketersediaan pangan yang terjangkau.
Disisi lain, pada ayam afkir sudah terjadi lonjakan harga yang luar biasa dan entah kapan bisa terjadi lagi.
Baca juga : Harga Telur Tinggi Kenapa Hanya Sebentar
Rekor harga sampai sekitar 32.000-34.000 merupakan rekor harga afkir yang luar biasa. Bahkan tidak jarang tukang Soto Ayam, Bakmie dan nasi goreng sampai mengganti ayam afkirnya menjadi ayam pejantan Joper (jowo super).
Karena pasar ayam afkir bukan merupakan pasar organik (rumahan), maka harga bisa melonjak demikian tinggi. Tidak seperti halnya telur ayam, rekor kenaikan harganya tidak mudah terjadi.
Jangan berharap harga diatas harga keseimbangan bisa lama
Inilah hal yang sangat penting dipahami oleh peternak. Karena selama ini peternak selalu berusaha menaikkan harga telurnya sampai pada angka yang mungkin diatas batas daya beli konsumen.
Apa lagi, sudah merupakan hal yang lumrah, jika harga telur cenderung meningkat, peternak akan mempertahankan ayamnya (mengulur afkir).
Peternak lebih banyak punya harapan (bahkan impian) agar harga telurnya mencapai harga yang spektakuler saat harga telur mulai naik.
Padahal jika harga sudah melewati harga kesimbangan pasar (makin besar jaraknya tentu makin besar penolakannya), sebenarnya sudah mulai terjadi penekanan (mekanisme menolak) dari konsumen. Sementara dengan mempertahankan afkir, itu sama saja dengan menambah populasi ayam (menambah juga supply telur).
Dua mekanisme, yaitu daya beli mulai turun dan supply meningkat, tentu akan mengganggu kestabilan harga. Apa lagi telur tidak bisa ditahan (disimpan lama).
Maka saat mekanisme penolakan semakin kuat, yaitu pembelian telur mulai menurun sementara supply meningkat. Maka justru harga akan turun dan itu bukan merupakan hal yang mengherankan. Tapi kenapa justru peternak banyak yang terkejut lalu kecewa ?
Mengamati perkembangan harga saat ini
Seperti yang sudah banyak kita dengar dan ketahui, bahwa harga keseimbangan pasar (psikologis) berkisar 23.000-24.000. Sedangkan harga yang terjadi perhari ini (11 November 2022) berkisar 24.500-25.000.
Ini berarti harga telur sudah mulai diatas harga keseimbangan pasar, sehingga tanpa kita sadari sudah mulai ada tekanan terhadap mekanisme harga.
Tekan itu bisa berasal dari penjual/pengepul (yang biasanya mulai takut beli jika harga terus naik), karena bisa-bisa harga turun dan stock mereka masih banyak. Biasanya tekanan mulai terasa jika merekan mulai mengurangi pengambilan (pembelian).
Sementara dari konsumen, jika harga terus naik mereka mulai berekspektasi terhadap nilai telur karena mungkin sebagian konsumen mulai terkendala dengan daya beli. Sehingga itu konsumen juga bisa mulai mengurangi pembelian maupun mencari alternatif yang lain (daging ayam maupun ikan).
Dalam kondisi harga bagus (kecenderungan menguat terus), biasanya mulai banyak peternak yang memperpanjang umur afkir, sehingga populasi (supply telur) mulai meningkat.
Hal lain yang harus benar-benar diperhatikan juga adalah, bahwa harga ayam broiler (live bird). Saat ini harga ayam broiler hidup bisa dikatakan berada pada level terendah 15.000-16.000, sehingga suatu saat bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Suatu hal yang juga harus menjadi pertimbangan yang menguntungkan adalah bahwa kenaikan harga terjadi secara perlahan (200-300 perhari), sehingga mungkin belum begitu terasa bagi pengepul maupun konsumen.
Mensiasati keadaan
- Dengan kenaikan yang perlahan, peternak masih cukup lega karena masih sangat dimungkin harga terus menguat dan bahkan naik sampai beberapa hari mendatang.
- Melihat perkembangan harga pada tahun-tahun sebelumnya, bulan November dan Desember merupakan bulan dimana harga telur cenderung membaik.
- Waspadai juga harga tiba-tiba melonjak diatas 300, karena gejolak di pasar akan mulai terlihat, sehingga tekanan terhadap harga makin kuat.
- Perhatikan juga kenaikan harga ayam afkir, karena kenaikan harga ayam afkir bisa menjadi gambaran jika perpanjangan umur mulai terjadi dan tentunya supply telur mulai meningkat.
- Waspadai harga broiler hidup, tekanan harga bisa terjadi dari sisi ini.
- Jangan mengulur afkir harga karena produksi masih menguntungkan dengan harga saat ini. Pada bulan November 2022 ini populasi ayam tua diperkirakan mencapai puncaknya, ini tentu akan menjadi bahaya tersendiri bagi peternak.
- Harga tinggi yang makin menjauh diatas harga keseimbangan (psikologis) pasar, populasi ayam petelur meningkat dan harga broiler hidup sangat rendah bakal menjadi hambatan yang bisa merepotkan peternak.
Diskusi
- Keseimbangan harga pasar selalu bisa berubah, sesuai dari faktor-faktor dasar yang mempengaruhinya.
- Kenaikan harga yang sudah melewati batas keseimbangan pasar bisanya tidak akan lama, karena harga terus bergerak menuju kesimbangan
- Jangan lupa mengamati perkembangan harga ayam broiler (live bird), karena biasanya harga boiler yang rendah akan mempengaruhi harga telur
- Keputusan beli konsumen sangat di pengaruhi oleh kebutuhan, daya beli dan ekspektasinya.
- Sosiali gizi (iklan telur) mampu meningkatkan ekspektasi konsumen, sehingga daya belinya bisa dimanfaatkan.
- Memperpendek rantai penualan telur, juga mampu menaikkan daya beli konsumen.