Harga telur tinggi kenapa hanya sebentar
Tahun 2021 dan 2022 adalah tahun yang penuh gejolak dalam bisnis perunggasan. Baik itu bisnis ayam Broiler (pedaging) maupun ayam Layer (petelur).
Selain gejolak harga komoditinya, juga terjadi gejolak pada harga bahan baku pakan maupun ketersediaannya.
Belum lagi pengaruh Covid-19 pada tahun 2021, dimana akibat pembatasan kegiatan masyarakat diberlakukan, daya beli masyarakat jadi menurun.
Akibatnya, permasalahan pada bisnis perunggasan Indonesia menjadi bertumpuk-tumpuk dan bisnis makin terpuruk. Harga telur tinggi yang diharapkanpun sering meleset
Mengapa Harga Telur Selalu Berfluktuasi
Produksi telur tentu berkaitan dengan populasi, dan populasi ini pun komposisinya dibentuk oleh replacement (peremajaan).
Pada pola peremajaan inilah salah satu kunci yang harus dipahami peternak, agar mengerti pola produksi telur secara nasional. Bukan hanya populasi farm sendiri. Karena harga telur dipasaran tentu dibentuk salah satunya oleh gerojokan telur semua peternak kepasar.
Sehingga hampir tidak mungkin harga telur dipermainkan oleh beberapa peternak tertentu.
Produksi Telur Mempunyai Pola Alami
Secara alami produksi telur mempunyai pola grafik sama pada semua jenis ayam (strain). Mulai awal produksi lalu naik dengan cepat. Mencapai puncak produksi sekitar umur 24-25 minggu, lalu menurun perlahan sampai pada titik produksi yang tidak lagi ekonomis (bisa mencapai 100 minggu lebih).
Produksi Nasional Terbentuk Oleh Pola Peremajaan yang Relatif Konstan (Rata)
Produksi telur di farm polanya tergantung pada peremajaan yang dilakukan peternak. Namun produksi secara nasional sangat tergantung pada peremajaan GPS/PS yang dilakukan oleh breeding farm, dan sepanjang tahun produksi relatif konstan dengan sedikit perubahan grafik naik atau turun.
Peremajaan akan terganggu (terutama turun/anjlok) dengan perubahan grafik yang ekstrim jika terjadi suatu hal besar. Contohnya, terganggunya peremajaan akibat breeder mengurangi penetasan DOC (day old chick) nya secara besar-besaran mulai November 2021 sampa akhir April 2022 akibat banyak peternak melakukan peremajaan.
Supply Telur Anjlok Jika Peternak Melakukan Afkir Besar-besaran
Secara alami (seleksi alam) terjadi jika akibat harga jual telur jauh dibawah harga produksi yang cukup lama. Akibatnya peternak tak mampu menanggung kerugian, sehingga terpaksa harus menjual ayam petelurnya yang masih produktif dan belum waktunya afkir. Efeknya tentu supply telur langka dan harga telur tinggi.
Dari beberapa faktor diatas, terlihat bahwa secara umum supply lebih cenderung konstan sepanjang tahun. Kecuali jika terjadi sesuatu yang besar seperti tahun 2021,
Fluktuasi Permintaan Menyebabkan Fluktuasi Harga Telur
Pola permintaan di Indonesia sangat berfluktuatif sepanjang tahunnya. Kebutuhan akan telur sering dipengaruhi oleh hari-hari tertentu, dimana masyarakat di saat tertentu membutuhkan banyak telur dan juga ada hari dimana kebutuhan telur turun.
Kebutuhan organik telur (kebutuhan konsumsi sehari-hari) saat ini hampir sedikit terpengaruh. Ini disebabkan kesadaran gizi yang tinggi serta pendapatan rata-rata yang sudah cukup baik. Tapi diluar kebutuhan sehari-hari itu, ada kebutuhan non-organik yang terjadi pada waktu-waktu tertentu.
Permintaan telur non-organik inilah yang sering menyebabkan permintaan/kebutuhan berfluktuasi. Seperti permintaan telur dan daging ayam saat Ramadhan dan menjelang Lebaran
Waktu-Waktu Terjadinya Fluktuasi Kebutuhan Telur
Masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih memegang tradisi Keagamaan maupun Budaya. Sehingga tidak sedikit yang menganggap hari-hari tertentu itu baik atau yang banyak pantangan.
Lebaran (1 Syawal) Sangat Memungkinkan Harga Telur Tinggi
Merupakan puncak perayaan terbesar keagamaan untuk masyarakat muslim. Yang mana setelah mejalani ibadah puasa selama sebulan (Ramadhan), umat Islam merayakan hari Raya Iedul Fitri.
Besarnya arti Puasa dan Lebaran ini bagi umat Islam, sehingga saat merayakannya masyarakat reda mudik (pulang) kampung secara bersamaan.
Bahkan untuk memeriahkan Iedul Fitri pemerintahpun memfasilitasi dengan cuti bersama. Bahkan pemerintah juga mewajibkan pada perusahaan-perusahaan untuk memberikan THR (tunjangan hari raya) untuk karyawan yang merayakan Iedul Fitri (muslim). Dengan demikia ada pertambahan peredaran uang dimasyarakat.
Begitu besarnya arti Lebaran ini bagi umat Islam, sehingga ada peningkatan kegiatan pergerakan orang, berkumpul, perayaan yang menyebabkan peningkatan peredaran uang di masyarakat.
Pada hari baik inilah kebutuhan telur tinggi dan tentunya harga telur tinggi juga.
Bulan Syawal Masih Memungkinkan Harga Telur Tinggi
Orang Jawa umumnya menggagap bulan Syawal merupakan bulan baik. Sehingga mereka banyak yang melakukan hajatan seperti pernikahan, khitanan maupun acara hallal bi hallal memperingati hari Lebaran.
Bulan Besar (Dzulkaidah)
Bulan ini merupakan bulan baik bagi masyarakat Jawa. Dimana sebagian umat muslim yang mampu dan terpanggil menunaikan ibadah Haji.
Selain itu, bulan Besar ini merupan salah satu bulan ter favorit bagi masyarakat untuk melakukan perayaan pernikahan maupun khitanan.
Bulan Sura (Muharram)
Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, sudah lama dipercaya bahwa bulan ini merupakan bulan yang mistis dan penuh pantangan. Masyarakat enggan melakukan kegiatan hajatan yang bersifat perayaan, kecuali untuk memperingati 1 Suro.
Tercatat bahwa pada saat bulan-bulan Suro ini harga telur sering turun sampai titik terendah setiap tahunnya
Bulan Mulud (Rabiul Awwal)
Ini merupakan bulan kelahiran junjungan umat muslim, yaitu nabi Muhammad SAW. Banyak perayaan-perayaan yang dilakukan umat muslim untuk memperingai hari kelahiran nabi Muhammad SAW.
Termasuk juga banyak yang melaksanakan hajatan pernikahan dan khitanan.
Peringat Natal dan Tahun Baru Kebutuhan Telur Biasanya Naik
Menjelang penutupan tahun, ada 2 momen yang sangat ditunggu oleh peternak. Yaitu momentum perayaan Natal dan Tahun Baru.
Momentum Tahun Baru biasanya ramai dilaksanakan diseluruh Indonesia. Biasanya harga telur tinggi terjadi mulai seminggu sebelum Natal dan Tahun Baru. Karena seperti juga saat mejelang lebaran, pabrik-pabrik pengolah makanan membutuhkan banyak telur untuk membuat kue-kue dan penganan lain untuk nanti saat perayaan Natal dan Tahun Baru
Mengapa Harga Telur Tinggi Hanya Sebentar?
Pertanyaan ini tentu sering diungkapkan peternak dan kejadiannyapun tidak jarang membuat peternak terkejut setelah berharap banyak.
Ada beberapa hal yang perlu dicermati peternak pada saat ada momentum harga telur tinggi.
- Momentum hari-hari yang dianggap baik oleh masyarakat Indonesia itu durasinya terbatas. Puncak dari momentum yang terjadi biasanya hanya beberapa hari saja, itupun termasuk dengan waktu persiapan dalam memperingatinya, seperti halnya Lebaran. Demikian juga saat menjelang hari Natal dan Tahun Baru.
- Harga keseimbangan pasar. Harga ini merupakan interkasi dari HPP (harga pokok produksi), supply telur dan daya beli masyarakat. Banyak kalangan menyebutkan harga tersebut saat ini berkisar antara 23.000-24.000. Sehingga diatas harga tersebut, maka kenaikan atau durasinya akan mengalami tekanan atau hambatan yang besar.
- Mengulur atau memperpanjang umur (menahan afkir) ayam menjelang ada
momentum yang diprediksi bagus atau pada saat harga mencapai titik yang tinggi. Padahal dengan memperpanjang umur ayam yang seharusnya sudah diafkir sama saja dengan menambah populasi (dan tentunya supply telur). Sehingga buntutnya dengan bertambahnya supply telur tentu justru akan bisa menyebabkan harga turun.
Dari 3 faktor diatas, terlihat sekali bahwa harga telur tinggi umumnya akan terjadi sebentar saja. Sehingga peternak harus sudah menyiapkan antisipasi, untuk setidaknya mengurangi kerugian atau bahkan meraih untuk besar.