Gumboro bukan sekedar kematian
Jaga Seawal Mungkin Anak Ayam Agar Tidak Terpapar Virus Gumboro
Gumboro yang juga dikenal sebagai penyakit Infectiuos Bursal Disease (IBD). Yaitu radang kantung lendir ( bursal) dan nephrosis (pembengkakan ginjal) pada unggas. Virus penyakit ini yang sangat menular pada ayam muda dan kalkun yang disebabkan oleh IBD Virus (Avibicornavirus).
Gumboro bisa menular secara per-inhalasi atau via sistem pernafasan , namun derajat infektifitas (kemampuan menginfeksi)-nya jauh lebih rendah dibandingkan dengan via saluran cerna.
Ditandai dengan immunosupressi (tertekannya daya tahan tubuh terhadap menyakit) dan kematian umumnya di Usia 3 sampai 6 minggu. Namun percayalah, sejauh ayam masih memiliki bursal, maka ayam akan tetap bisa terserang penyakit Gumboro. Karena saat wabah Gumboro terjadi di Blitar pada tahun 1993, menunjukkan terjadi kasus Gumboro pada umur menjelang produksi.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Gumboro, Delaware pada tahun 1962
Tanda-Tanda Klinis Penyakit Gumboro
Tanda-tanda klinis penyakit Gumboro biasanya terjadi antara usia 3 dan 8 minggu, tergantung pada tingkat antibodi induk (maternal antibodi) dan ganasnya virus lapangan. Ayam yang terkena menjadi lesu dan depresi, pucat, bergerombol dan mengeluarkan diare putih encer. Hasil bedah bangkai menunjukkan adanya pembesaran bursa dan sering terjadi pendarahan saat bursa di bedah. Selain itu sering juga ditemukan pendarahan dalam otot atau daging paha.
Beberapa jam setelah virus melakukan penetrasi, virus dapat dideteksi dalam sel makrofag dan sel-
sel limfosit sistem pencernaan seperti duodenum, jejunum, sekum dan jaringan hati.
Segera setelah itu terjadi viremia fase pertama yang memungkinkan virus dapat mencapai target organ utama yaitu jaringan Bursa Fabricius untuk melakukan replikasi (perbanyakan partikel virus).
Biasanya kasus IBD memiliki angka kematian sekitar 5 sampai 10% tetapi bisa mencapai 60% tergantung pada patogenisitas (keganasan) strain yang terlibat. Strain yang sangat patogen disebut IBD sangat ganas (“very virulent” = vvIBD) yang mengakibatkan mortalitas sangat tinggi
Gumboro subklinis bisa terjadi dengan infeksi sebelum usia 3 minggu. Infeksi IBD dini menyebabkan penekanan kekebalan (immunosupressive) permanen dengan tanpa/sangat sedikit kematian. Imunosupresi secara ekonomi penting karena peningkatan kerentanan terhadap infeksi sekunder terutama di saluran pernapasan. Penyakit terkait penyakit Gumboro seperti Inclusion Body Hepatitis (pendarahan dalam otot/daging) juga lebih sering terjadi pada unggas yang teserang
Diagnosa Penyakit Gumboro
Tanda klinis khas dan kerusakan organ saat post mortem (bedah bangkai) ditemukan setelah infeksi IBD. Kerusakan saat post mortem, dalam kasus akut bursa Fabricius membesar dan seperti agar-agar, juga sering terjadi pendarahan. Perdarahan otot, ginjal pucat dan bengkak bisa terlihat.
Infeksi oleh strain varian biasanya disertai dengan atrofi bursal cepat (dalam 24 – 48 jam) tanpa gejala khas penyakit Gumboro. Juga dalam kasus kronis, bursa lebih kecil dari biasanya (atrofi). Kerusakan bursa terlihat pada pemeriksaan histologis. Kurangnya sel darah putih (limfosit) mengakibatkan penurunan perkembangan kekebalan dan penurunan daya tahan unggas terhadap infeksi lain.
Kontrol dan Pencegahan
Pencgahan terfokus pada kontrol agen penyebab diarea (istirahat kandang, biosekuriti, reduksi/eradikasi agen yang endemik, management higienis. Sehingga akan meminimalkan kontaminan dilingkungan.
Strategi Pencegahan yang Penting Diperhatikan adalah :
Cukup istirahat kandang (downtime) antar periode/angkatan ayam, minimum kandang dalam keadaan bersih dan sudah disanitasi selama 3 minggu.
Proses membersihkan kandang juga harus cermat dan teliti, tidak boleh ada sisa feses yang tertinggal dalam kandang. Desinfektan kelompok aldehida (glutaldehida) atau halogen (khususnya iodium) dapat bekerja cukup baik untuk virus Gomboro.
Cukup istirahat kandang (downtime)
antar periode/angkatan ayam, minimum kandang dalam keadaan bersih dan sudah disanitasi selama 3 minggu.
Proses membersihkan kandang juga harus cermat dan teliti, tidak boleh ada sisa feses yang tertinggal dalam kandang. Desinfektan kelompok aldehida (glutaldehida) atau halogen (khususnya iodium) dapat bekerja cukup baik untuk virus Gomboro.
Membuang/ culling segera ayam-ayam kecil dan lemah, untuk mencegah ayam-ayam tersebut menjadi stasiun awal infeksi lalu menyebarkannya keseluruh ayam yang baik.
Bahaya Lanjut dari Penyakit Gumboro
Virus ini di lapangan terbukti tidak saja sangat tahan terhadap faktor-faktor fisik (suhu tinggi dan atau kelembapan yang relatif rendah) tetapi juga resisten terhadap kebanyakan desinfektan yang ada di lapangan, terutama jika terlindung oleh material organik seperti feses (karena virus diekskresikan via feses dari ayam yang terinfeksi).
Sehingga virus ini mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi endemik disuatu tempat (lingkungan farm).
Jika hal ini sampai terjadi akibat kecerobohan management farm, maka virus bisa menginfeksi lebih dini (awal) begitu DOC ditebar. Hal yang perlu kita pahami adalah, bahwa maternal antibodi terlalu lemah untuk menangkal infeksi virus lapangan, maternal antibodi hanya mampu memperlambat penyebaran virus dalam tubuh ayam untuk mencapai target (bursa).
Bagaimana mengatasi penyakit gumboro pada ayam?
Strategi perlindungan adalah menjaga kondisi induk semang (ayam) selalu prima (pakan, vaksinasi, pengobatan, management pemeliharaan mengurangi stress). Sayang sekali dilapangan proteksi atau perlindungan ini hanya diartikan dengan vaksinasi.
Vaksinasi Parent Stock dan anak ayam (DOC) adalah salah satu cara pengendalian terbaik. Induksi imunitas induk (maternal antibodi) yang tinggi pada anak dari induk yang divaksinasi. Bersama dengan vaksinasi anak ayam adalah pendekatan yang paling efektif untuk pengendalian Gumboro. Berbagai vaksin live dan killed atau in-aktif telah dikembangkan untuk meningkatkan pengendalian tantangan klasik, varian dan vvIBD.
Parent stock harus diimunisasi dengan satu atau lebih vaksin live (mild atau intermediate) diikuti dengan booster killed vaksin emulsi minyak. Program ini akan mendorong transfer antibodi (maternal antibodi) yang tinggi dan seragam ke DOC nya.
Baru-baru ini, generasi baru vaksin vektor rekombinan berbasis vektor HVT yang membawa bagian VP2 dari virus IBD memasuki pasar untuk pengendalian IB.
Di wilayah dunia di mana galur virus Gumboro yang relatif avirulen terjadi, vaksin galur ringan (mild) dapat diberikan dari hari ke 14 hari. Pemberian selanjutnya dari vaksin strain menengah (intermediate) mungkin diperlukan tergantung pada faktor-faktor termasuk :
- Risiko infeksi.
- Strain virus sudah tersebar luas di daerah terjangkit.
- Kasus berulang berulang terhadap infeksi virus pernapasan.
Diskusi
1. Bursa Rusak
Jangan lakukan vaksinasi apapun, karena fungsi bursa sedang tertanggu/rusak. Vaksinasi justru akan memperberat kerja bursa dan hasilnyapun sangat tidak maksimal. Pulihkan kondisi ayam terlebih dahulu, baru dilakukan vaksinasi yang tertunda bertahap. Jika kondisi membaik, vaksinasi bisa dilakukan antara 12-14 hari setelah infeksi. Melakukan vaksinasi yang serampangan setelah infeksi justru menyebabkan kasus immunosuppresiv yang berlarut-larut.
2. Ginjal Bengkak
Jangan berikan antibiotik, karena akan memperberat kerja ginjal. Pulihkan dahulu kondisi ayam dengan memberikan air gula Jawa 4% (gula putih 2%) untuk membantu supply energi. Jika terlihat adanya infeksi sekunder, barulah antibiotik yang sesuai bisa diberikan.
3. Tingkat Kematian penyakit Gumboro
Tingkat kematian akibat penyakit Gumboro dengan penangan yang tepat, biasanya mencapai puncak tertinggi pada 4-6 hari setelah gejala awal infeksi.
Baca juga Biosecurity Farm Jangan Pernah Diabaikan
Sumber:
MSD Poultry Health
ASA Poultry Health Handbook
4. Sanitasi
Baca juga: Biosecurity Farm Petelur Yang Sering Terabaikan
Lakukan sanitasi lebih ketat, untuk menghindari masuknya agen-agen penyakit masuk kelingkungan Farm. Karena ayam yang terinfeksi Gumboro sangat rentan terhadap penyakit sekunder, akibat tertekannya daya tahan tubuh (tingkat kekebalan rendah).
5. Virus Penyakit Gumboro Sangat Memungkinkan untuk Menjadi Endemi di Lingkungan Farm
Biosecurity harus diterapkan secara baik, kecerobohan dalam hal ini akan mengakibatkan kerugian besar dan virus bisa bermutasi menjadi varian baru.
6. Pemberian Vaksin yang Tepat, Sesuai Kasus Lapangan
Usia pemberian vaksin live tergantung pada tingkat antibodi induk dan risiko infeksi lapangan. Kasus Gumboro mungkin berbeda di setiap daerah, sehingga perlu pengamatan yang mendalam untuk pencegahannya (terutama program vaksinasi) di setiap lingkungan yang berbeda.
7. Pencegahan dan Perlindungan dari Penyakit Gumboro Bukan Hanya dengan Vaksinasi
Menganggap pencegahan penyakit Gumboro hanya dengan vaksinasi adalah salah besar, karena selain masih sulit melakukan vaksinasi yang benar-benar tepat, virus lapangan lebih ganas dari virus vaksin apalagi jika bermutasi menjadi varian baru.