Ayam Petelur Modern ditarget mampu bertelur 500 butir sampai 100 minggu
Ayam petelur modern
Dunia ayam petelur sudah berbicara mengenai kemampuan ayam petelur modern untuk memproduksi telur sampai 500 butir dalam 100 minggu pemeliharaan. Target besar ini sudah dicanangkan oleh breeder-breeder besar dunia sejak lebih dari 10 tahun belakangan ini.
Waktu pemeliharan sampai 100 minggu merupakan suatu lompatan yang cukup jauh. Mengingat sebelumnya ayam petelur hanya dipelihara untuk waktu maksimal 80-90 minggu.
Namun disisi lain peternak sudah sejak lama pula memelihara ayam petelurnya sampai umur lebih
dari 100 minggu, karena terbukti produktifitasnya memang masih bagus.
Dalam hal pemeliharaan ini, kebanyakan peternak memperpanjang pemeliharaannya berdasar kemampuan produksi. Bukan pada perhitungan untung ruginya usaha peternakannya. Karena menurut peternak, produksi 80% merupakan produksi yang baik, kurang mempedulikan kualitas telur yang hasilkan.
Meskipun sudah terbiasa bagi kita untuk mengharapkan seekor ayam bertelur tiap hari, tapi proses di balik produksi telur tidak sesederhana itu. Pernah pulakah kita ingin tahu tentang proses biologis di balik pembentukan makanan super ini?
Bagaimana ayam bertelur
Memproduksi sebutir telur sehari tidak akan mungkin tanpa ovulasi terus menerus. Seekor betina, anak ayam umur sehari memiliki lebih dari 10.000 oosit (bakal kuning telur) di ovarium sebelah kirinya. Ovarium sisi kanan sudah berhenti berkembang selama fase embrio.
Kurang dari 10% dari oosit ini di kemudian hari akan menumpuk kuning telur dan tumbuh pada folikel ovarium.
Perkembangan folikel telur ayam petelur modern
Laju perkembangan folikel, dalam produksi telur, sangat efisien pada ayam petelur komersial.
Ini bisa terlihat pada ovarium ayam betina yang matang secara seksual, terlihat seperti seikat anggur putih dan kuning dalam berbagai ukuran.
Awal perkembangan oosit menjadi folikel putih dapat memakan waktu beberapa bulan. Akan tetapi, begitu folikel mencapai ukuran 6 mm atau lebih, kuning telur menumpuk secara masif dan cepat (selama 6 sampai 12 hari dapat mencapai diameter lebih dari 30 mm).
Kuning telur selesai 24 jam sebelum ovulasi. Folikel mencapai ovulasi dalam urutan mana mereka memulai proses pertumbuhan yang cepat ini. Urutan ini juga dikenal sebagai “urutan folikel”.
Ovulasi
Dalam waktu 1 jam setelah ayam betina menghasilkan telur (oviposisi = bertelur), folikel matang berikutnya berovulasi.
Pada ayam petelur komersial saat ini,siklus ovulasi memakan waktu total sekitar dua puluh empat jam (lebih), inilah yang dapat menjadikan ayam menghasilkan sebutir telur setiap hari hari.
Ovulasi dikenal sebagai proses di mana kuning telur (oosit matang) dilepaskan darinya folikel di ovarium dan diterima ke saluran telur melalui infundibulumnya. Infundibulum merupakan tempat terjadinya pembuahan karena merupakan tempat penyimpanan spermatozoa.
Proses pembentukan telur ayam petelur modern
Pembentukan membran vitellin di sekitar kuning telur terjadi pada infundibulum, dan memisahkan kuning telur dari albumen. Membran vitellin mengandung konsentrasi tinggi peptida anti mikroba yang terbentuk sangat efektif sebagai penghalang dalam melawan infeksi.
Setelah ovulasi, telur mulai bergerak dalam pabrik alami
Setelah infundibulum, ovum bergerak lebih jauh di sepanjang saluran telur melalui magnum. Magnum adalah bagian terpanjang dari saluran telur. Sebagian besar pembentukan albumenberlangsung di magnum, proses ini berlangsung sekitar 3 sampai 4 jam.
Chalazae dan albumen terbentuk di sekitar massa kuning telur karena didorong dengan gerakan berputar peristaltik berirama, menghasilkan struktur karakteristik chalazae. Chalazae terdiri dari serat protein yang menghubungkan kuning telur dengan membran kerabang, memastikan posisi sentral kuning telur.
Albumen tidak homogen, daerah yang berbeda memiliki veskositas yang berbeda dengan putih telur bagian dalam lebih cair, putih telur kental, chalazae kental dan bagian luar putih telur cair. Putih telur cair bagian luar ini berkembang seiring dengan terbentuknya albumen semakin terhidrasi menjelang akhir magnum.
Setelah magnum, massa telur tiba di Isthmus, disinilah kedua bagian dalam dan membran kulit luar terbentuk. Membran ini melekat dengan sebagian besar albumen, tetapi di sisi telur yang tumpul, mereka terpisah membentuk ruang udara.
Putih telur tidak dapat melewati membran, tetapi memungkinkan pertukaran gas dan mineral. Pada saat massa telur mencapai akhir isthmus, garam kalsium pertama telah diendapkan diluar selaput telur. Setelah isthmus, sel telur tiba di utherus, juga disebut sebagai kelenjar cangkang (shell gland).
Pembentukan cangkang/ kerabang
Cangkang telur terbentuk di dalam utherus selama 19 sampai 20 jam oleh sekresi dari matriks organik glikoprotein dan mucopolysaccharides dari dinding utherus.
Proses pengapuran (pembentukan kerabang) ini membutuhkan sekitar 2 hingga 2,5 gram kalsium per butir telur. Sekitar 2/3 dari kalsium yang dibutuhkan untuk pembentukan cangkang telur diserap dari usus selama 20 jam pembentukan cangkang. 1/3 sisanya kalsium yang dibutuhkan dimobilisasi dari tulang, dan terutama tulang medular. Mobilisasi tulang meduler 10 kali lebih cepat daripada tulang kortikal.
Kalsium yang telah dimobilisasi dari tulang akan segera terisi kembali, utherus kembali kosong. Selama periode ini, kalsium, diserap dari usus, sepenuhnya tersedia untuk pembentukan matriks tulang.
Pada akhir pembentukan cangkang, terdapat pigmen warna (terutama protoporhyrin IX) ditambahkan ke cangkang untuk memberikan warna khas mereka. Langkah terakhir sebelum aktual oviposisi adalah pengendapan kutikula, selaput lilin yang terdiri dari polisakarida, lipid dan lebih dari 50 protein! Fungsi utama kutikula adalah untuk mencegah penetrasi mikroba ke dalam telur dan untuk membatasi penguapan air dari telur. Proses bertelur diatur oleh beberapa hormon (oksitosin, arginin-vasotosin dan prostaglandin).
Telur siap dikeluarkan (ovi posisition = ditelurkan)
Lonjakan hormon ini menyebabkan sel telur yang terbentuk sempurna berputar 180 derajat . Rotasi inilah yang menyebabkan sel telur terdorong ke dalam vagina. Dalam vagina, lendir dikeluarkan untuk memperlancar oviposisi akhir. Pelepasan telur melalui vagina, dan akhirnya kloaka, rata-rata berlangsung kurang dari 1 menit.
Dalam waktu 60 menit setelah oviposisi, ovulasi berikutnya akan terjadi, lalu proses tersebut akan berulang lagi!
Telur ayam petelur modern tetap terjadi secara alami
Dari kronologi yang terjadi, maka yakinlah bahwa proses pembetukan telur pada unggas terjadi secara alami. Namun pada ayam petelur modern, proses ini terjadi begitu cepat (sekitar 24-25 jam). Sehingga peneluran (waktu bertelur) berikutnya lebih lambat (mundur) dari waktu sebelumnya.
Besarnya jumlah calon telur yang tersedia di ovarium kiri ayam mencapai 10.000 buah (oocyt) dan sekitar 10%nya bisa menjadi telur. Itupun berarti sudah sangat banyak calon telur yang sudah tersedia pada ovarium ayam.
Pada proses bertelur ini tentu akan sangat membutuhkan support atau dukungan, agar bisa terjadi produksi telur yang effesien dan tidak menimbulkan kerusakan pada ayamnya sendiri. Karena semakin tua ayam, maka tingkat produksinya menurun, ini disebabkan menurunnya gonadotropin dan steroidnya.
Bisakah ayam bertelur 500 butir dalam 100 minggu ?
Sebagian besar peternak sudah memelihara ayam petelurnya bahkan lebih dari 100 minggu. Namun hanya sedikit yang sudah menghitung, berapa butir telur-telur yang dihasilkan ayam-ayamnya dan berapa kilo yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang yang dimiliki ayam petelur modern
- Untuk ayam petelur, sudah dilakukan rekayasa genetik supaya ayam bisa berovulasi terus berkesinambungan tanpa ada jeda untuk mengerami telur
- Ovulasi yang berkesinambungan sangat penting untuk memanfaatkan jumlah (ribuan) bakal telur yang secara alami sudah tersedia pada sistem reproduksi ayam.
- Terbukti peternak sudah banyak memelihara ayam sampai berumur lebih dari 100 minggu, dan dirasakan masih menguntungkan (walau tidak dihitung secara cermat)
- Dalam 10 tahun belakangan ini ayam petelur selalu mendapatkan genetic improvement yang konsisten. Ini sudah telihat pada Management guide yang sudah cukup lama menampilkan production goal sampai 100 minggu.
Pencapaian di lapangan
Melihat perkembangan akhir-akhir ini, terlihat jelas perkembangan genetik yang sudah bisa dinikamti peternak dari pemeliharaan ayam peteklurnya. Walau belum ada peternak di Indonesia yang sudah membuktikannya, tapi beberapa hal yang sudah bisa di pecahkan di iklim Tropis.
Puncak produksi yang sudah bisa tercapai pada umur 24-25 minggu dan pencapaian puncak produksi 96% selama 6 minggu bisa cukup mewakili kemampuan hebat ayam-ayam petelur saat ini. Apalagi pencapaian ini dihasilkan dari flock yang berjumlah 80.000 – 100.000 ekor di kandang terbuka (open huose).
Dari pengalaman yang sudah ada, faktor gangguan penyakit masih sering menggu produkstifitas selain faktor management peternak.
Bagaimana dengan kemampuan management peternak ?
Dari pengamatan dilapangan, faktor bio-security masih menjadi faktor yang masih perlu di pahami oleh banyak peternak. Faktor ini masih menjadi hal yang hanya dibicarakan di seminar-seminar dan belum di terapkan secara baik.
Kawasan peternakan umpamanya. Konsep kawasan bagi bagi peternakan ayam mempunyai kosekuensi yang besar dalam management. Prinsip single age masih sering diabaikan, dengan alasan produksi telur yang berkesinambungan.
Kepemilikan banyak umur dalam satu farm (kawasan) akan sangat memudahkan penularan penyakit dan mengakibatkan meningkatnya
penggunaan antibiotik serta sembrononya penggunaan vaksin live (vaksin hidup).
Management pemeliharaan ayam muda (pullet) harus benar-benar dipahami oleh peternak. Karena saat ini kita harus memelihara ayam dalam umur yang lebih panjang dan produksi telur yang lebih tinggi.
Ini tentu mengharuskan peternak memiliki pemahaman tentang bagaimana membuat pullet (pabrik telur). Pullet harus memiliki kualitas prima untuk menghasilkan telur berkualitas bagus dengan umur yang lebih tua lagi.
Seperti halnya genetic improvement, peternak juga harus harus mau memperbaiki management nya (management improvement). Karena management lama harus disempurnakan lagi, menyesuaikan dengan genetik yang sudah lebih baik lagi.
Selain mengembangkan management melalui berbagai seminar maupun workshop, peternak harus aktif dalam memperbanyak listerasinya tentang management yang lebih baik lagi.